Ternyata Penjual Mie Di Aceh Sering Langgar Kode Etik
UnfaedahBilapun ku ibaratkan aroma ini dengan seorang wanita, sepertinya aroma mie ini menggodaku bak putri raja dari padang pasir yang memakai cadar serta beribu perhiasan melilit tubuhnya. Seolah menghampiriku dan mengajak ku terbang ke bulan sambil mencolek bintang-bintang..
Mie Aceh (goreng) | Foto : resepresepmasakan.info |
Salam Sikonyolovers semuanya, bagaimana kabarnya? baik bukan!
Oh ya setelah sebelumnya memposting tentang "Nikahi Gadis Aceh, Arisan Solusinya", kali ini aku akan memposting tentang "Penjual Mie Di Aceh Sering Langgar Kode Etik".
Berbicara tentang makan mie, mungkin anda adalah salah satu dari sebagian banyak, yang memfavouritkan mie dalam daftar makanan kesukaannya. Tidak terkecualinya dengan aku. meskipun selera dan jenis mie yang kita sukai berbeda alias tidak sama. Baik dari segi pedas, asam, asin dan lain sebagainya.
Oh ya Jumat malam kemaren (15/04/016), seperti biasanya, aku ngopi plus nikmati fasilitas wifi gratis disebuah warung kopi (warkop) yang ada diseputaran Jalan Iskandar Muda atau tepatnya di Simpang punge Blang Cut II Banda Aceh. Sekitar Pukul 20.30 WIB, aku sudah berada disana, meskipun bila dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya, kedatanganku lebih telat dari malam itu. Tapi hal ini tidak jadi masalah, karena aku datang hanya seorang diri saja.
Sekitar 5 menit kemudian, aku memanggil Edo, yang merupakan salah seorang pelayan di warkop tersebut serta agak lumayan akrab denganku. Maklum saja, keberadaan ku di warkop tersebut tidak asing lagi bagi sebagian pelayan warkop disana. Sehingga usai memanggil Edo, akupun memesan segelas kopi di barengi dengan menanyakan password wifi gratis yang disediakan oleh warkop tiga pintu tersebut. Kebetulan kopi yang kau pesan kali ini, agak sedikit berbeda dari biasanya. Bila biasanya aku sering pesan Nescafee Classic, kali ini aku memesan top white kopi panas, gelas kecil dan tanpa disuguhi gula.
Tidak lama kemudian, pesananku top white kopi panas, gelas kecil serta tanpa gula sudah siap dan sudah berada didepan ku. Aroma khas top white kopi yang begitu menyingat, memanggil hasratku untuk segera menikmatinya. Sehingga walaupun dalam keadaan panas, ku coba perlahan-lahan meneguknya. Nikmatnya luar biasa! Apalagi ditambahin sebatang rokok (itu bagi perokok) Sedangkan aku hanya mantan perokok yang sudah 16 bulan insaf
Usai meneguk seteguk kopi, aku mulai browsing serta membuka Faceboook ku, sambil cek recek pemberitahuan saja. Baru kemudian ku susuli untuk membuka blog pribadiku, "Sikonyol", mulai dari cek statistik pengunjung, Jumlah pembaca artikel dan terakhir update posting artikel baru. Meskipun aku masih bingung dan belum tahu posting apa yang akan ku buat. Sehingga aku mencoba untuk berpikir sejenak sambil ku ulangi menguk seteguk kopi panas tadi. Akan tetapi harapanku tak kesampaian, ide kreatifpun mati dan tenggelam ditengah bisingnya lalu-lalang warkop saat itu.
Dan akhirnya, harapan untuk update posting artikel terbaru untuk blog "Sionyol" terpaksa ku tunda untuk sementara waktu. Dan akupun menyibukkan diri untuk membaca berita online dari berbagai situs dan kembali membuka Facebook.
Ditengah asiknya membaca berita dan sambil buka Facebook, tiba-tiba aroma masakan mie menampar hidungku. Sehingga mau tidak mau, aroma ini menggoda ku dan semakin membuat kau tidak fokus untuk mebaca dan ngeonline. Bilapun ku ibaratkan aroma ini dengan seorang wanita, sepertinya aroma mie ini menggodaku bak putri raja dari padang pasir yang memakai cadar serta beribu perhiasan melilit tubuhnya. Seolah menghampiriku dan mengajak ku terbang ke bulan sambil mencolek bintang-bintang.. Ah,, kayaknya ini hayalan tingkat tinggi bro.... Hehehe
Tanpa pikir panjang, ku segera mengambil sebuah keputusan, walaupun isi dompet hanya di huni oleh Otto Iskandar Dinata yang merupakan Pahlawan Nasional sekaligus menteri Negara periode Soekarno - Hatta memmipin Bangsa. Sehingga dengan demikian, aku merasa yakin bahwa uang yang ku miliki saat itu, cukup untuk membayar top white kopi dan sepiring mie goreng. Akhirnya akupun memanggil abang penjual mie, untuk menghidangkan aku sepiring mie goreng basah plus selera pedas.
Usai pesan mie tersebut, Abang penjual mie yang tengah potong bawang, malah menawarkan mie rebus. Mendengar tawaran tersebut, aku mencoba pertegaskan lagi bahwa pesananku tetap mie goreng. Abang penjual mie pun berusaha meyakinkan aku, untuk mengganti pesanku ke mie rebus. Memang kebetulan saat itu, si abang sedang memasak mie rebus pesanan orang, sehingga dia berpikir untuk meyakinkan aku dengan dalih sekalian buat mie nya dan tidak harus menunggu lama. tapi dengan penuh kesabaran, aku menolak tawaran mie rebus tersebut dan Siabang penjual mie pun mengiyakannya pesananku. Memang dari satu sisi benar juga sih apa yang disampaikan siabang, biar cepat dan sekalian masaknya..
Sesaat kemudian tidak jauh dari arah kananku, ada seorang bapak-bapak bangkit dari tempat duduknya dan menuju ke abang penjual mie. Sesampai disana, Si bapak memesan mie, kebetulan yang ia pesan juga mie goreng. Melihat Sibapak ikut pesan mie, aku beranggapan bahwa bapak tersebut juga korban yang sama seperti ku, yaitu tergoda karena cium aroma mie tersebut. Akan tetapi Si bapak juga mengalami hal sama seperti aku sebelumnya. Dimana, Si abang menawarkan mie rebus kepada Sibapak dengan dalih alasan lebih cepat, tidak harus menunggu lama dan sekalian masaknya. Mendengar alasan tersebut, Sibapak pun mengiyakan dan ia pun akhirnya memesan mie rebus.
Nah, Sahabat Sikonyolovers semuanya. Sepertinya kisah yang semacam ini, sangat sering terjadi dan banyak kita dapatkan ditempat-tempat lain. Baik di Banda Aceh maupun Aceh pada umumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa "Ternyata Penjual Mie Di Aceh Sering Langgar Kode Etik"
Dimana seperti yang telah kita ketahui bersama, seharusnya sebagai penjual mie, ia harus bisa melayani pembeli (mie) dengan baik. Hal ini adalah bagian dari kode etik sebagai penjual yang akan melayani pembeli dengan baik dan puas. Serta memiliki dedikasi untuk melayani pembeli hingga selesai. Tanpa menawarkan yang lain selain atau yang bukan dibeli oleh sipembeli. Walaupun dengan dalih alasan apapun tanpa kecuali.
Maka oleh sebab itu, dengan demikian sudah saatnya tukang mie atau penjual mie menyediakan dua kuali, satu untuk masak mie rebus dan satu untuk masak mie goreng. Sehingga, pembeli (mie goreng dan mie rebus) tidak perlu tunggu lama dan tidak ada penawaran yang bisa mengubah pesanan pembeli.
Tes
BalasHapus